Narasumber : Dadang Kadarusman
Menulis setiap hari itu butuh
skill dan trik, menulis setiap hari itu surprise karena tidak semua penulis
bisa menulis tiap hari, jika kita bisa menulis setiap hari itu akan membuat
kita terampil dan yang kedua menulis setiap hari itu membantu menjaga
keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa.
Guru dengan terampilnya berbicara
lisan tapi kalau di suruh membuat jurnal itu terkadang kesulitan, karena belum
terbiasa untuk menulis, jadi kalau kita melihat apapun itu, kita terjemahkan
dalam bentuk tulisan. Seperti halnya orang yang tidak terbiasa menulis, bisa
saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Tapi
jika kita terbiasa menulis, maka kita selalu punya teman untuk mencurahkan
perasaannya. Siapa teman kita? Teman kita yaitu secarik kertas dengan pena. Dengan
berkembangnya teknologi kita hanya perlu smart phone untuk menuliskannya. menulis
setiap hari itu merupakan healing remedy (kita bisa menjadi pribadi yang lebih
sehat).
Kenapa kita perlu menulis setiap hari
Karena “Seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang
lain untuk menuliskan naskah bukunya melainkan orang yang memiliki kemampuan
untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri”.
Jika kita sungguh-sungguh ingin
menjadi penulis, mulailah sekarang berkomitmen untuk menulis setiap hari satu
artikel. Yang dimaksud artikel adalah Sebuah paparan yang memuat buah pikiran
penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Dari uraian di atas kita akan
mengetahui Why? Setelah why kita akan membahas tentang What? WHAT makes you
write something? Apa yang mendorong kita untuk menulis? Jika karena uang, pasti
lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya karena lebih banyak naskah yang
dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Menulis karena ingin mendapatkan
uang boleh saja, Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa
dorongan yang paling cocok buat kita, yaitu dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN
itulah dorongan jiwa pendidik seperti kita.
Berapa lama pengalaman bapak mengasah menulis hingga
akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
Saya mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai ikut
lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1. Kapan mulai dipercaya
oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan terlebih
dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang. Dulu,
penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi.
Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit. bahkan
menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama saya
untuk diercaya penerbit.
Sebagai permulaan, Seperti apa strategi dan Tips memilih
penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan?
Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan
terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula butuh mereka
kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu terus ikut kursus menulis
seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan penyelangara.
Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa menghubungkan kita dengan penerbit.
Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal; Fokus dulu kepada proses mengasah
skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karyawa ibu berseliweran diruang
publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian
para laron.
Itu lah pertanyaan singkat dari salah satu peserta menulis
yaitu ibu Dwi Mulyanti
Semoga dari singkat cerita itu, bisa memotivasi kita untuk
bersungguh-sungguh menjadi penulis dengan komitmen membuat 1 artikel di setiap
hari.